“Siapa bilang sekarang tahun 2008?”

“Siapa bilang sekarang tahun 2008?”

Oleh :

Bobby Savero*

Namanya Sukayat. Setahu saya, dulunya ia gagah. Maklum mantan aktivis. Badannya tegap. Bicaranya ceplas-ceplos, tapi bukan asal bicara. Gelar pada namanya “baru” sarjana hukum, belum master, boro-boro doktor. Tapi siapa yang meragukan mantan dosen saya semasa kuliah itu. Usianya sudah cukup tua, lebih dari setengah abad. Namun gerakannya masih enerjik. Selain pembahasan kuliahnya yang to the point, jelas, tak bertele-tele, yang paling saya ingat, dia tak pernah memberi jarak pergaulannya dengan kami. Padahal, kalau mau main senior-senioran, sepertinya kami harus memanggil beliau opa. Eh, dengan cueknya dia malah ber-“gue-elu.”

Kelebihan lain Pak Kayat (biasa ia dipanggil), jarak yang jauh antara pandangan, pendapat dan pemikiran antara kaum tua dan kaum muda, yang sejak zaman dahulu sudah ada (saat Bung Karno diculik ke rengasdengklok semasa menjelang proklamasi lebih kurang karena adanya gap golongan tua dan muda, kan?) serasa tidak ada. Di hadapannya kami serasa kawan. Pikiran beliau terbuka, sehingga ilmunya, ditambah dengan diskusi bersama dengan kami, ditambah dengan nasehatnya yang tidak menceramahi membuat suasana kuliah hukum saat itu begitu nyaman dikenang.

Kini Pak Kayat sedang terbaring sakit. Stroke ringan. Pria yang konon juga kenal baik dengan pengacara ternama yang kini anggota Dewan Pertimbangan Presiden Adnan Buyung Nasution itu kini seperti tidak sedang berada dalam dirinya. Itu kata SMS yang saya terima. Lebih lanjut si SMS juga memberitahu sekilas, Pak Kayat juga terpengaruhi ingatannya. Ah, mudah-mudahan saja tidak benar. Kalaupun benar, semoga bukanlah gejala permanen. Saya takut.

Saya hanya takut belum dapat lagi menemui sosok dari kalangan tua yang berpikiran terbuka, yang membuat kami yang masih muda menaruh hormat tanpa dipaksa. Yah, wakil dari golongan tua yang sangat berpendidikan. Walau “Cuma” S1, tapi rasanya tak pernah sekalipun ia “baku hantam” sebagaimana para master atau doktor pengamat ,yang katanya intelek, di luar sana yang hanya bisa ribut soal kebijakan, tapi belum tentu becus menjalankan.

Saya hanya takut. Tak bisa lagi berbincang gurau dengan seorang tua, yang dapat saya jadikan tempat mengadu, mengenai kawan-kawan saya para pemuda di luar sana, yang dengan semangat 45 membakar ban sambil berdemonstrasi. Katanya menentang kenaikan dan pemborosan BBM. (Padahal rasanya bakar ban pakai minyak tanah juga pemborosan…entahlah).

Saya juga takut. Tak dapat pula berkeluh kesah dengan orang bijak dari kalangan tua, yang dapat saya jadikan tempat bercerita, ketika saya menemui orang tua lainnya, atau bapak-bapak, atau ibu-ibu, atau siapapun yang tiba-tiba menjadi pikun.

Pikun? Ya, pikun..Seperti percakapan yang melibatkan seorang bapak tua yang mungkin pikun dan pemuda yang merasa tidak pikun ini:

Pak tua pikun : “Nak, sekarang tanggal berapa ya?”

Pemuda tidak pikun : “Oh, tanggal 25 Mei 2008 pak, hari ahad tepatnya.”

Pak tua pikun : “Ah tak mungkin itu, kemarin kan masih tahun 60-an, mosok

sudah tahun 2000an, ya jangan ngelantur, Nak. Kamu kira,

bapak sudah ringkih begini mudah saja kau tipu.”

Pemuda tidak pikun : “Loh, betul pak. Buat apa saya bohong. Lihat pak, dunia sudah

begitu modern. Ini era millennium. Lihat, gedung-gedung bertingkat, mobil-mobil canggih, komputer portable, ponsel yang bisa motret. Ini tak mungkin tahun 60an, pak!”

Pak tua pikun : “Ah, apalagi itu Cuma omong kosong saja. Apa kau tidak lihat,

bukankah matamu masih awas, tak seperti aku ini. Coba lihat, di belakang gedung bertingkat masih banyak gubuk gelandangan, nilai uang rendah, harga minyak malah mahal, pekerjaan sulit dicari, kekerasan dan cara-cara represif masih digunakan, kriminalitas dimana-mana apa ini tahun 2000an. Malah aku takut, ini bukan pula tahun 60an, ini masih zaman primitif!”

Pemuda tidak pikun : “Tapi pak…”

Pak tua pikun : “Tunggu dulu. Lalu masa iya, jika sekarang tahun 2008?

Indonesia masih miskin-miskin juga. Ya wong saya veteran. Saya tahu betul, sejak tahun 1945 Indonesia sedang berbangkit mejadi bangsa yang maju, besar kaya, gemah ripah loh jinawi. Bangsa merdeka yang berdikari dan mensejahterakan Ya kan?”

Pemuda tidak pikun : (diam. Bukan karena tidak ada dialog, tapi tak mampu menjawab)

Nah itulah. Bagaimana dan kemana saya akan bercerita jika tidak pada orang-orang tua yang Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarsa Sung Tulada, Tut Wuri Handayani seperti Pak Kayat itu? Apa peduli “orang-orang pikun” soal angka-angka APBN, beban subsidi, atau eskalasi harga minyak? Bagaimana pula saya menjelaskan dengan bahasa sederhana kebijakan pemerintah menaikan harga BBM yang katanya tidak pro rakyat ini. Saya mulai kehabisan tokoh bijaksana untuk memahami kerumitan masalah negeri ini, berdiskusi, memahami, lalu mencari solusi (bukan hanya demonstrasi).

Ah, Pak Kayat..

Maaf pak, saya hanya takut…

26 Mei 2008

*Pemuda belum pikun yang takut pikun mendadak karena tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana, Siapa bilang sekarang tahun 2008?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

5 Response to "“Siapa bilang sekarang tahun 2008?”"

  1. febriani_rizQi says:
    31 Mei 2008 pukul 00.57

    berkunjung..
    keep writing kawan n_n

  2. Emaknya Hikari says:
    3 Juni 2008 pukul 20.06

    hoho, entah kenapa kalo sama Pak Kayat, saya cenderung bersikap skeptis. Gak tau deh.. Rasanya, bapaknya punya bakat buat jadi 'tukang kibul'.

    ya, well, ada juga sih beberapa cerita2 beliau yg agak gampang dipercaya. Tapi, kok rasanya sebagian besar, terkesan mengada-ada, gak jelas, gak ada buktinya. Bikin saya jadi selalu memicingkan mata, memiringkan kepala, sambil berkata dalam hati : "Oh, really???"

    Tapi sudahlah, semoga Pak Kayat cepet sembuh. :D


    eniwei, welcome back, bung Bobby!
    it's always good to see someone is coming back from out of nowhere.
    :D

  3. Unknown says:
    6 Juni 2008 pukul 07.58

    cuy.. gw inget ceritanya dia yg nyeritain barengan ma ua' buyung (adnan buyung nasution maksudnya).. ngebela om nono (noegroho djajoesman maksudnya) di pengadilan krn ada insiden.. hahaha, ceritanya gw inget krn keduanya masih berhubungan darah tu.. hm, kalo mnrt gw ya.. untuk saat ini jgn di cerca dl ya... hm, cara pandang lo gt yah? nah, mengingat lo menyisipkan "cuma" S1 ya? well.. experiences do teach you... liat aja pak Kayat yg cuma S1 itu, bs tau gmn caranya ngajar dan kasih contoh serta telaah kasus.. well, buat yg merasa jeli masih ada yg kosong... tapi bisa diterima, kan kita di akuntansi... so, i'll be waiting your next writings..!!! btw, koq uda berani dipasang tanpa editan gw?

  4. cHapiet says:
    29 Oktober 2008 pukul 23.45

    assalamualaikum..
    haii..
    koq ga nulis lagi?
    udah berenti nulis disini, atau udah punya kesibukan lain?
    u should finish what u have started atuh Bob..
    lanjutin dong nulisnya..koq blog-nya ditelantarkan??
    I promise i'll be one of ur loyal reader..and be the first to give comments on ur writings..*walopun comments-nya mungkin ga penting=)

  5. Si Savero... says:
    1 November 2008 pukul 20.54

    Saudara2...
    Saya Insya Allah akan kembali menulis...
    Keep watching yaaah...

Posting Komentar