Ketika Iblis dan Manusia Bertukar Bingkai

Ketika Iblis dan Manusia Bertukar Bingkai

Sebuah Resensi Jujur terhadap Film Death Note

Oleh: Bobby Savero*

Awalnya film ini direkomendasikan secara berapi-api oleh seorang kawan. Karena penasaran, akhirnya kami sepakat untuk membawa film ini ke dalam forum rutin klub diskusi kami. Kemudian penulis menonton film itu dua kali. Yang pertama, tentu dalam ajang resmi diskusi (walau cuma setengah), lalu penulis tonton sekali lagi di rumah secara utuh.

Secara visual, penulis tak perlu berbicara lebih jauh. Shusuke Kaneko secara apik telah mengemas film ini menjadi film dengan gabungan kekuatan lakon dan teknik sinematografi mutakhir. Untuk hal yang kedua, penulis memuji Hiroshi Takase dan Hajime Oikawa yang menggarap sinematografi dengan baik.

Bagaimana pun, kekuatan film ini yang terbesar ada pada ceritanya. Kisah yang diangkat dari komik Jepang berjudul sama ini menceritakan seorang anak muda idealis berlatar belakang mahasiswa hukum, Light Yagami, yang berasal dari keluarga pejabat kepolisian terhormat merasa frustasi dengan impotensi hukum terhadap banyak kasus yang tidak dapat tersentuh hukum.

Hukum yang sejatinya adalah alat utama menegakkan keadilan ternyata tak mampu berbuat banyak. Light merasa terinjak naluri kemanusiaannya, ketika melihat pembunuh begitu bebas berkeliaran sambil menertawai tangisan pedih keluarga korban. Tapi, ia yang berlatar belakang keluarga polisi saja tak mampu berbuat apa-apa, ia membayangkan banyak pihak lain yang tertindas. Hingga akhirnya keadaan berubah saat ia menemukan Death Note. Sebuah buku magis yang mengantarnya pada kemampuan mengontrol waktu dan tempat kematian siapa pun dengan pengawasan Shinigami, dewa kematian Jepang, yang berwujud menyeramkan layaknya visualisasi Iblis.

Di titik inilah penulis teringat akan kejadian yang menimpa teman penulis. Ayahnya tercinta dicopet dengan modus disisipi bius pada makanannya. Naas, dosis bius tersebut berlebihan, sehingga beliau harus wafat dan meninggalkan anak-anaknya yang masih amat membutuhkannya. Sementara pencopet itu bebas berkeliaran. Seandainya death note adalah kenyataan, tampaknya pnulis akan menggunakan buku itu untuk “menegakkan keadilan” terhadap pencopet bersifat iblis itu.

Konsep keadilan yang bagi penulis menjadi sangat sederhana. Nyawa dibalas nyawa. Sempat terbayang pula dibenak penulis, bagaimana dunia mungkin dapat enjadi lebih baik dengan kehadiran buku yang memunculkan porsi Tuhan dalam kehidupan manusia itu. Nah, tiba-tiba penulis teringat pada hal lain. Film Hollywood bertajuk Bruce Almighty, yang dimainkan dengan konyol oleh Jim Carrey. Film komedi satir yang membawa kita untuk menertawakan kehancuran alamiah yang terjadi ketika manusia mencoba mengambil porsi Tuhan dalam kehidupan.

Death Note, ternyata, pada akhirnya juga mempertontonkan konsep itu. Hanya saja, jika Bruce Almighty menampilkan pesan moralnya secara eksplisit, Death Note hanya secara implisit.

Yang jelas, Light yang tadinya merasa bahwa dunia akan lebih baik di tangannya, dengan menjadi “senjata pembunuh” bagi para begundal justru menjadi begundal itu sendiri. Bagaimana ketika detektif kelas wahid mulai mencium baunya, ia mulai panik. Kemudian membunuh para agen FBI yang sama sekali bukan penjahat. Ya, Light telah menodai cita-cita luhurnya menegakkan keadilan dengan mengoyakkan keadilan itu sendiri. Bahkan pada akhirnya, Light membunuh kekasihnya sendiri, demi memunculkan alibi dan membawanya masuk ke dalam tim investigasi kepolisian untuk mengusut kasus pembunuhan yang ditimbulkannya sendiri.

Itulah, ketika kekuasaan berada pada ketidakmatangan. Melangkahi Tuhan dalam berbagai aspek. Melupakan nilai keadilan dalam penegakan keadilan itu sendiri. Ironi yang berbau satir. Sebuah pesan berharga tersirat yang coba dimunculkan dalm film fantasi horor berdurasi sekitar 104 menit ini.

Sayangnya, film berbasis komik ini memng masih teramat komikal. Ide dasar yang dibungkus cerita di luar areal logika yang sudah cukup, ternyata masih diselipi faktor pendukung yang juga kurang logis. Contoh nyata adalah tokoh detektif utama pada film ini. Bagaimana bisa seorang anak ingusan dapat muncul menjadi detektif terhebat dunia, bahkan dapat mengeluarkan intruksi kepada biro kemanan federal AS. Latar belakang sang detektif, yang dipanggil L, ini juga kabur. Mengaburknnya jauh dari kenyataan.

Kemampuan super abnormal L dan Light dari segi intelektual dan keserbatahuannya seperti menghilangkan dan menafikan nilai-nilai kewajaran dalam hidup. Belum lagi keanehan yang nyata ketika polisi-polisi profesional menjadikan kasus pembunuhan ini menjadi pembenaran terhadap kejahatan magis dan mistis, untuk dibawa ke areal hukum. Suatu kejadian yang hingga saat ini nyaris tak mungkin. Mengingatkan kita bahwa film ini memang diangkat dari komik. Ajang sederhana untuk memupuk mimpi imajinatif yang liar. Sekedar menarik penikmatnya pada rasa penasaran hingga komik berakhir, dengan membawanya pergi jauh dari dunia nyata.

Satu hal lagi, jika di Jepang Film ini mmpu mengalahkan kepopuleran Da Vinci Code jelas ini bukan sebuah bukti valid untuk menyatakan bahwa Death Note lebih baik daripada The Da Vinci Code yang diangkat dari novel karya Dan Brown yang berjudul sama. Bisa jadi, ini akibat sentimen nasionalis. Sesuatu yang wajar. Karena, setelah ditelaah secara jujur, kamuflase yang dimunculkan dalam Death Note begitu sederhana, dan nyaris fiksi dalam keseluruhan. The Da Vinci Code memiliki kamuflase, dan akhir yang lebih kaya. Tak lupa didukung fakta-fakta historis hasil penelitian dan riset yang luar biasa.

Akan tetapi, penulis percaya bahwa ada pesan yang perlu diperhatikan dari Death Note. Karena memang, terkadang kita tak perlu melihat pada substansi penyampainya tetapi pada manfaat atas apa yang disampaikan. The song, not the singer. Death Note adalah sebuah rekonstruksi evaluatif terhadap iblis yang berbingkai kemanusiaan dan manusia yang terjebak dalam bingkai iblis. Sebuah pesan filosofis yang perlu dicermati.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

1 Response to "Ketika Iblis dan Manusia Bertukar Bingkai"

  1. dolphin's site says:
    27 Juli 2008 pukul 22.26

    wach...DEATH NOTE niy..
    aku suka bgt...cerita bgs yg menjadikan seorang yg awalnya berniat baik menjadi jahat dengan membunuh pacarnya sendiri...
    coba nonton DEATH NOTE 2...
    di situ Light YAgami harus meninggal gara2 Death note miliknya sendiri...juga L yg menuliskan namanya sendiri di death note...
    yuch2 bagus bgt...
    aku ancungkan $ jempolku buat death note...

Posting Komentar