hmmm,

Hidup emang kayak roda...
Sebentar di atas, lalu tanpa mempedulikan nilai gaya, gravitasi, atau sampah-sampahnya Newton tiba-tiba udah dibawah lagi..

Hidup emang krisis, tiap waktu harusnya digunakan untuk lebih baik.Duh, nyesel ga sih 3 tahun di STAN ternya pas diinventarisir ga banyak berkontribusi?

Dan yang paling nyesel, ternyata belum banyak perubahan diri yang telah terjadi..



Kayak inget, ada yang bilang hidup itu pilihan..

Bener bgt!Dan setiap pilihan, memiliki konsekuensi etis yang harus diperjuangkan..

Mudah2an taun buang2 napas gw di stan bisa dibayar dengan jadi birokrat yang dibutuhkan negeri naas ini, bukan jadi sampah dan nambah2in jumlah 62.000 pegawai depkeu ajah..





Ga ada kata terlambat untuk sebuah pembuktian,



doain yah,,,

doa gw juga buat lu semua...

"Berjuang-berdoa-tawakal"






untuk tujuan suci dan cita-cita luhur
One step closer to presidency...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Akhirnya...

Akhirnya password ditemukan!!
Aku kembali!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Akhirnya...

Gila,
punya blog tapi dari taun jebot ga diisi2,,


heeheeheee....


Bukan ingin disengaja pembaca, (yakin ada yang baca?)
tapi emang gw melakukan kesalahan fatal, yaitu melupakan password blog gw sendiri. tenang gw tau, pasti lu mau bilang,"lupa password blog?! Go-blog!!"


hahahahahaha...




Hus, lagi bulan puasa ga boleh ngata2in orang, yah namanya juga tempatnya khilaf dan lupa, maklumin aja lah..



Yaud, semoga dengan di-resetnya password gw, dan mudah2an gw ga lupa lagi, blog ini bisa mulai dilimpahi dengan karya...(alah sok banget!)




Yaud, dari Kalibata (tempat magang yang tenteram, bobby savero caw!)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Cerpen dari istana..

Titik Balik

Malam meninggalkan dingin yang teramat sangat. Dia masih berdiri di tempat yang sama. Embun yang muncul bersamaan dengan lahirnya pagi melembabkan alas kakinya. Tapi ia tak peduli. Hanya kakinya yang gemetaran. Sudah berjam-jam ia di situ, mencoba mengumpulkan keberanian untuk melompat sejengkal lagi dan menuntaskan apa yang direncanakannya, secara mendadak, setelah peristiwa itu. Peristiwa yang kini membawanya pergi puluhan kilometer dari hal-hal yang dicintainya. Peristiwa itu...

***

“Kami sudah melihat dan menilai betul kinerja anda selama delapan tahun terakhir. Anda bekerja sangat luar biasa. Punya visi yang jauh ke depan. Dan kemampuan aplikasi manajerial yang nyaris sempurna. Perusahaan ini patut berterima kasih kepada anda. Dan perusahaan ini masih membutuhkan anda. Tapi, kami juga melihat perusahaan ini harus menghargai kerja keras anda dengan memberi anda tantangan baru. Kantor cabang kita di Zimbabwe membutuhkan ide-ide brillian anda. Saya optimis anda akan berhasil mewujudkan apa yang kita raih di sini, di benua sana, dalam waktu singkat.”

Matanya kosong ketika kata-kata wakil direktur yang baru itu meluncur berapi-api, mencoba mencari penjelasan yang paling masuk akal dan halus untuk menjelaskan bahwa dirinya benar-benar sudah terpental jauh dari apa yang sudah diimpikannya selama bertahun-tahun.

Pikirannya kembali ke tempat yang sama, salah satu ruangan wakil direktur utama perusahaannya bekerja, akhir 1998. Keadaan nasional sedang krisis, Pak Hartomo sang wakil direktur sedang berbicara serius padanya.

“Anda tahu betul, negeri ini sedang goncang. Tapi anda juga dapat melihat, bahwa perusahaan kita baik-baik saja. Ide anda untuk memperlebar pasar dan membuka kantor perwakilan baru di Asia Selatan dan Afrika, dua tahun yang lalu adalah kuncinya. Sehingga saat cash flow dalam negeri goyah, emas-emas Afrika menyelamatkan perusahaan kita secara keseluruhan. Anda luar biasa! Sungguh luar biasa! Oleh karena itu, saya khawatir betul, ketika mendengar anda ditawari pekerjaan di perusahaan saingan kita. Saya tahu, manajer operasional secerdas anda tak akan ditawari gaji dan fasilitas rendahan. Anda juga tahu, bahwa kami akan sangat kehilangan anda. Tapi...Saya kira anda juga tahu, bahwa saya sudah tua. Tak lama lagi. Saya akan pensiun. Dan perusahaan ini akan mencari pengganti yang cerdas seperti anda. Saya yakin itu. Dengan bertahan beberapa tahun lagi, saya yakin anda akan segera menggantikan saya di kursi yang saya duduki sekarang. Bagaimana?”

Pertanyaan itu ia jawab dengan dedikasi penuh pada perusahaan. Seluruh perhatian ia curahkan. Workaholic mungkin kata yang lebih tepat. Hingga bahkan istri dan anak-anaknya, serta keluarganya tak tahan lagi. Ayah dan ibunya sudah tak pernah ia kunjungi sejak bekerja di ibu kota. Awal 2000, ia resmi menjadi duda dua anak. Anak-anaknya tak pernah ia temui lagi sejak ikut dengan istrinya yang menikah lagi dengan seorang diplomat yang ditempatkan di Moskwa. Di Jakarta yang keras, ia tinggal bergantung pada impiannya.

Dan hari itu semua impiannya hancur. Wakil direktur yang baru itu bukan dirinya. Pemuda tanpa pengalaman, dengan gelar PhD dari Illinois, yang baru saja berbicara dengannya itu adalah orang yang merebut impiannya. Ia pernah membayangkan bahwa impiannya dapat hancur. Tapi dalam bayangannya kekalahannya haruslah sangat ksatria. Ia hancur karena bukan ksatria tangguh yang mengalahkannya, tapi lulusan luar negeri tanpa pengalaman, yang juga keponakan direktur utama.

***

Matahari sudah menyembul sedikit. Kini bukan saja kakinya, tapi tangannya ikut gemetar. Ia masih juga belum berani maju. Arloji peraknya berembun. Tapi ia masih dapat mengetahui, bahwa ia telah berdiri sekitar empat jam. Ia tak ingat kapan ia terakhir kali berdiri selama itu, yang ia ingat adalah sebelum berdiri di ujung jurang itu, mobilnya ia pacu tanpa henti. Dari jalan kecil, jalan raya, jalan tikus, jalan tol, hingga jalan becek yang kemudian membawanya ke jurang ini. Jurang yang tadinya hendak ia jadikan saksi bisu tarikan nafasnya yang terakhir. Namun, ia belum juga melompat.

Tiba-tiba, terdengar suara memanggilnya. Ia sempat berbalik sesaat, dan melihat sosok pemuda dengan topi petani lebar berlari ke arahnya.

Kang, akang! Rek naon diditu?”

Ia sekonyong-konyong terjatuh pingsan dan tak mendengar lagi teriakan petani itu. Entah karena kelelahan, keterkejutan, ketakutan, atau justru kelegaan.

***

Matahari sudah nyaris terbenam ketika ia terbangun. Ia mendapati dirinya dalam sebuah kamar tidur kecil dan telah berganti pakaian. Ia ditidurkan pada dipan yang cukup nyaman, dengan selimut tebal. Tak lama, petani yang sudah melepaskan topi capingnya itu masuk.

“Alhamdulillah, akang teh sudah sadar. Saya sangat khawatir. Di kampung ini tidak ada dokter, yang ada hanya mantri. Jadi saya hanya bisa rawat akang di kamar saya. Tadi aya tetangga nganter ubi rebus . Hayu atuh dicoba dulu. Tehnya juga masih panas. Mudah-mudahan si akang cepet seger. Saya teh bingung. Arek naon si akang teh di jurang itu. Bahaya kang. Upami jatuh, akang teh bisa mati.”

“Mungkin saya memang ingin mati..”

Kata-katanya yang datar dan bernuansa keputusasaan itu membuat terkejut pemuda yang menolongnya. Dan kata-kata itulah yang mengantarnya pada suatu obrolan panjang dengan petani yang tidak ia kenal di kampung yang tidak ia kenal pula. Sebuah obrolan mengenai keikhlasan dan kesabaran. Sebuah obrolan sederhana mengenai hidup.

***

Ia mengendarai mobil dengan perasaan yang lain. Perasaan kagum. Ia tak habis pikir bagaimana pemuda yatim piatu yang setengah tangannya buntung dapat tetap survive di dunia yang kadang sangat kejam. Sendirian dengan keterbatasan tak membuatnya menyerah. Bahkan masih tetap sabar bekerja keras menjadi buruh tani. Apa yang ia lihat sebagai kehancuran, ternyata bisa dilalui dengan mudah saja oleh pemuda tersebut. Keikhlasan dan kesabaran masih perlu ia pelajari, tapi darimana sumbernya ia belum juga dapat mengerti dan masih akan jadi pertanyaan besar. Tapi yang terpenting ia telah menemui semangatnya. Dan besok ia akan kembali ke sana untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi.

***

Sudah hampir setahun sejak terakhir ia mengunjungi pemuda itu untuk mengucapkan terima kasih. Pemuda tersebut dan beberapa warga sangat antusias ketika ia meninggalkan sebuah televisi dan tak lupa penangkap siaran digital untuk menyiasati terpencilnya kampung itu. Harga televisi itu tak seberapa dibandingkan dengan pelajaran dan kesempatan hidup kedua yang didapatkannya. Ia sudah dapat mulai menata ulang hidupnya. Kini membuka kantornya kecilnya sendiri. Sering berkunjung ke rumah orang tuanya untuk membayar kesalahannya yang lampau. Tak lupa ia juga telah membina kembali hubungan baik dengan anak-anaknya, walau hanya dengan sambungan udara. Bahkan, kini ia sudah memiliki calon istri yang sangat menyayanginya. Banyak hal telah berubah sejak kunjungan terakhir yang menjadi titik balik kehidupannya itu.

Maka dengan perasaan dan langkah yang jauh lebih lapang, ia mengendarai mobilnya untuk sekedar mengetahui kabar si pemuda itu. Kali ini, calon istrinya menemani dengan penuh kesabaran di sisinya ketika ia melajukan mobil. Tak lagi sendirian dengan pikiran kusut dan keinginan mengakhiri hidup.

Kampung itu masih terlihat sama. Juga rumah pemuda petani itu. Tapi alangkah terkejutnya ia, ketika melihat televisi pemberiannya dianggurkan begitu saja di samping rumah. Disejajarkan dengan jerami-jerami kering dan kandang kambing. Dengan heran ia berjalan memasuki rumah kemudian menemukan pemuda itu baru saja selesai mengaji. Pemuda itu langsung menyapanya dengan ceria.

Eh, akang, apa kabar? Akang teh gemuk sekarang..”

Berat badannya memang telah naik beberapa kilo, tapi itu bukan subjek yang penting saat ini, “Ada apa dengan televisi itu? Rusakkah? Atau kampung ini sudah tidak dialiri listrik lagi? Atau..”

“Oh, televisi itu.” Pemuda itu mulai mengerti wajah keheranannya, “Punten ya kang, saya tidak bisa lagi menghidupkan televisi itu di kampung ini, dan membiarkan tetangga-tetangga terus menonton televisi itu. Maaf ya kang..”

“Ada apa? Apa kamu tidak menghargai pemberian saya? Saya tulus, sungguh. Jika perlu, jika memang masalah biaya, saya akan menanggung biaya listriknya. Atau saya perlu belikan semua tetangga-tetangga kamu televisi, agar kamu tidak merasa terganggu? Katakan saja..”

Pemuda itu tersenyum, “Kang, punten, ieu teh bukan masalah uang. Apalagi masalah terganggu. Saya hanya takut kang. Hayu atuh duduk heula, biar saya jelaskan.”

Mereka lalu duduk berhadapan sambil bersila di atas tikar.

“Begini, kang. Awalnya teh, saya senang dengan adanya televisi itu. Anak-anak di sini jadi punya hiburan. Dan orang-orang tuanya jadi banyak dapat ilmu dari berita-berita di televisi. Tapi kemudian saya khawatir, anak-anak di sini mulai malas dan melawan orang tuanya. Malas disuruh mengaji, hanya karena ingin menonton film kartun spons warna koneng.”

Pemuda itu terbatuk sedikit, lalu meneruskan, “Tapi, tadinya saya biarkan. Saya pikir, biarlah anak-anak menikmati hiburan dan masa kecilnya. Nah, kemudian saya mulai kaget. Di berita teh banyak berita tidak enak. Pembunuhan, pemerkosaan, pencabulan, perampokan. Ih, ngeri pisan. Saya takut warga-warga di sini jadi ikut-ikutan. Dan yang paling saya takuti, waktu saya dan teman-teman menonton berita tentang gempa, penggusuran, bencana lumpur, hingga pembunuh yang cepat-cepat dibebaskan dari penjara. Besoknya saya banting saja televisi itu. Saya takut teman-teman mulai menanyakan keadilan Tuhan. Dan meragukan kekuasaanNya. Kalau saya sih, tetap yakin bahwa Tuhan punya caraNya tersendiri. Nah, yang saya takut mah teman-teman saya tidak. Bagaimana jika mereka mulai ragu bahwa keadilan Tuhan itu ada? Bagaimana jika mereka meragukan Tuhan? Naudzubillah, kang! Karena hanya dengan keyakinan yang kuat terhadap Tuhan itulah, kita masih bisa ikhlas jeung sabar. Maaf ya kang, biarlah saya ganti saja uang beli televisi yang saya banting itu.”

Ia tersentak. Kini semua pertanyaan telah terjawab. Sebuah titik balik, sekali lagi.

Bobby Savero

Istana Mimpi Ciawi, 31 Oktober 2006

01:33

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pengen nyari jodoh?

Pasti udah pada nonton Hitch.
Hebat ya dia, bisa ngebantu orang untuk mencapai impian besar duniawi yang dihargai kesempurnaan setengah agama...Wow!
Gimana ya kalo orang yang sulit banget buat mencari jodohnya sendiri?
Di Indonesia mah cuma ada biro jodoh, ga ada tuh jasanya Alex Hitchens kayak di film Hitch-nya Will Smith itu..

Eh tau2 pas lagi browsing nemu surat lucu, buat yang udah ngebet pengn dapet jodoh tapi malu mengatakan...he2
nih format suratnya..

Berikut ini adalah contoh draft surat yang barangkali bisa dimanfaatkan bagi mereka yang ingin mencari pasangan hidup.
Selamat mencoba.

Hal : Penawaran Kesepakatan

Dengan Hormat,

Saya sangat gembira memberitahukan Anda bahwa saya telah jatuh cinta kepada anda terhitung tanggal __________ dan saya berketetapan hati untuk menawarkan diri sebagai
kekasih anda yang prospektif.

Akan ada masa percobaan minimal 3 bulan sebelum memasuki tahap permanen. Tentu saja, setelah masa percobaan usai, akan diadakan terlebih dahulu pengevaluasian secara
intensif dan berkelanjutan. Dan kemudian, setiap tiga bulan selanjutnya akan diadakan
juga evaluasi performa hubungan yang bisa menuju pada pemberian kenaikan status dari kekasih menjadi pasangan hidup.

Biaya yang dikeluarkan untuk kerumah makan dan shooping akan dibagi 2 sama rata antara kedua belah pihak. Selanjutnya didasarkan pada performa dan kinerja anda, tidak tertutup kemungkinan bahwa saya akan menanggung bagian yang lebih besar dari pengeluaran total. Akan tetapi, saya cukup bijaksana dan mampu menilai, jumlah dan bentuk pengeluaran yang Anda keluarkan nantinya.

Saya dengan segala kerendahan hati meminta anda untuk menjawab penawaran ini dalam waktu 30 hari terhitung tanggal penerimaan surat. Lewat dari tanggal tersebut, penawaran ini akan dibatalkan tanpa pemberitahuan lebih lanjut, dan tentu saja saya akan beralih dan mempertimbangkan kandidat lain.

Saya akan sangat berterimah kasih apabila Anda berkenan untuk meneruskan surat ini kepada adik perempuan, sepupu bahkan teman dekat anda, apabila Anda menolak penawaran ini.

Demikian penawaran yang dapat saya ajukan dan sebelumnya terima kasih atas perhatiannya.

______, _________ 2007

Hormat saya,



Pemuda Prospektif



nb:Jangan disalahgunakan ya!hehehehe...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Hmm, menjaga Pandangan?

MENJAGA PANDANGAN

Satu hal yang hendaknya dicamkan benar-benar oleh setiap hamba Allah adalah bahwa Allah Azza wa Jalla itu ghafururrahiim. Dia adalah satu-satunya Zat yang mempunyai samudera ampunan dan kasih sayang yang Mahaluas. Tak ada dosa sebesar apapun yang tidak tenggelam dalam samudera ampunan dan rahmat kasih sayang-Nya, sejauh tidak menyekutukan-Nya.

Pantaslah Syaikh Ibnu Athoillah di dalam kitabnya yang terkenal, Al Hikam, menasehatkan, "Jika terlanjur berbuat dosa maka janganlah hal itu sampai menyebabkan patah hatimu untuk mendapatkan istiqamah kepada Tuhanmu. Sebab, kemungkinan yang demikian itu sebagai dosa terakhir yang telah ditaqdirkan bagimu."

Hati yang sakit, atau bahkan mati, disebabkan oleh noktah-noktah dosa yang bertambah dari waktu ke waktu karena amal perbuatan yang kurang terpelihara, sehingga menjadikannya hitam legam dan berkarat. Akan tetapi, bagaimana pun kondisi hati kita saat ini, tak tertutup peluang untuk sembuh, sehingga menjadi hati yang sehat sekiranya kita berjuang sekuat-kuatnya untuk mengobatinya. Ada empat virus perusak hati yang harus kita waspadai agar hati yang sakit atau mati dapat disembuhkan. Sementara hati yang sudah sehat pun dapat terawat dan terpelihara kebeningannya. Mudah-mudahan dengan mewaspadai keempat hal tersebut Allah Azza wa Jalla menolong kita.

Salah satunya yang membuat hati ini semakin membusuk, kotor dan keras membatu adalah tidak pandainya kita menahan pandangan. Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih. Umar bin Khattab pernah berkata, "Lebih baik aku berjalan di belakang singa daripada berjalan di belakang wanita." Orang-orang yang sengaja mengobral pandangannya terhadap hal-hal yang tidak hak bagi dirinya, tidak usah heran kalau hatinya lambat laun akan semakin keras membatu dan nikmat iman pun akan semakin hilang manisnya.

Sebenarnya bukan hanya mengumbar pandangan terhadap lawan jenisnya, melainkan juga orang yang matanya selalu melihat dunia ini. Melihat sesuatu yang tidak ia miliki : rumah orang lain yang lebih mewah, mobil orang lain yang lebih bagus, atau uang orang lain yang lebih banyak. Hatinya lebih bergejolak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya..

Karenanya kunci bagi orang yang memiliki hati yang bening adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan. Kalau melihat dunia jangan sekali-kali melihat ke atas. Akan capek kita jadinya, karena rizki yang telah menjadi hak kita tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah ke bawah. Tengoklah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah orang yang jauh lebih sederhana hidupnya. Semakin sering melihat ke bawah, subhanallah, hati ini akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur dibanding dengan orang yang suka menengadah ke atas.

Kalaupun kita akan melihat ke atas, tancapkan pandangan kita ke yang Mahaatas sekaligus, yakni kepada Zat Penguasa alam semesta. Allahu Akbar! Lihatlah Kemahakuasaan-Nya, Allah Mahakaya dan tidak pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita minta sampai akhir hayat. Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan dunia, hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam melihat keagungan serta kebesaran Allah, maka tidak bisa tidak kita akan menjadi orang yang memiliki hati bersih yang selamat.

Buya Hamka (alm) pernah berkata, "Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak saling bersahutan. Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Karena sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu dengan keindahan."

Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain. Tatkala mendapatkan seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik segala kekurangan yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, segera mahfum. Siapa tahu sekarang ia berbicara buruk, namun besok lusa berubah menjadi berbicara baik. Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata yang baik-baiknya saja, niscaya akan tumbuh rasa kasih sayang di hati.

Jalaluddin Rumi pernah berkata, "Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Ke sini anggrek, ke sana melati. Pokoknya kemana saja mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah dan harum mewangi. Dimana-mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar melihat aib dan kejelekkan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Karenanya, kemana pun matanya melihat, yang tampak adalah ular, kalajengking, duri, dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat menikmati indahnya hidup ini."

Sungguh berbahagialah orang yang pandai memelihara pandangannya karena ia akan senantiasa merasakan nikmatnya kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya. Sama sekali tidak sulit baginya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh. Allahu’alam.***

(Sumber : Tabloid MQ EDISI 10/TH.1/FEBRUARI 2001)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Cinta adalah berjuang, berdoa, tawakal! Serta memohon ridhoNya..

Kemanakah kau pergi ketika itu?

Ketika malam masih menautkan kita

bulan sabit meringis untuk menerangi

membisikkan keramaian dalam kesunyian kita

Bilakah ku pergi ketika itu..?

Ketika kurasa kasihmu meminjam bahuku

menyentuh lembut setiap garis batinku

meniupkan hembusan dalam gurun hidup kita..

Mengapakah kita pergi ketika itu..?

Ketika harummu masih menyejukkan relungku padahal malam masih belum memisahkan kita

dengan kewajibannya untuk menghadirkan surya

Namun, terima kasih...

Ini bukanlah hal yang berona belaka

ini mengajarkan kita, untuk bersabar dan berjuang

bukan hanya untukku, untukmu, atau siapa..

tertinggi, tersuci, dan terhambakan hanya untukNya..

Ketika doa ini terlantun,

harapanku menggantung

mimpi ini kupelihara

hati ini kujaga..

Hingga saatnya nanti,

ku akan kembali, usai beberapa kali bumi berevolusi..

Kau pun kuharap akan kembali dengan kesejatian itu..

Kita, ya KITA, akan kembali...

Inilah mimpiku,

inilah doaku,

harapan dalam hari-hariku..

Tergores dalam tinta sejati..

Semoga Ia merestui,

Semoga Ia meridhoi,

Semoga Ia melapangkan jalan ini,

Semoga yang terbaik itu benar adanya...

Antara kita dan Dia...

Ketika Cinta adalah berjuang, berdoa, dan berpasrah diri,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sebuah Catatan Sebelum Lupa...

Assalamualaikum,,
Siapa hayo yang bilang, awali apapun dengan Bismillah.
Bismillahhirrahmanirrahim...

Inget cerpennya temen, yang bilang kalo, aku menulis maka aku ada...

emang sih, mirip sama "cogito ergo sum"-nya Rene Descartes, ya wong dia emang terinspirasi dari sana sih..he2

Yah, sekarang si wartawan kampus ini mau mulai nulis blog. "Cupu lu bob! Telat"

Yee, biarin aja, ya bangsa kita ini kan memegang teguh primbon, nyang bilang kalo "lebih baek telat daripada tidak sama sekali.."

makanya penanganan lumpur lapindo telat...
penanganan keselamatan kecelakaan juga telat..
menyekidiki kasus kekayaan penguasa orde baru juga telat..

Yah, tapi jangan ditiru deh. Untuk kali ini aja gw telat, telat masuk ke dunia blog. Habis, dimana lagi gw bisa nulis semau gw untuk orang lain tanpa harus khawatir dikejar Kamtib?
he2, emang bencong taman lawang...;)


Ya weiss, let see what can I write...

This is Mr. President live from the palace of dreams...


Proudly present What Palace Says!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS